Saluang, Berkarya karena cinta
( manusia dan cinta kasih )
Saluang merupakan salah satu alat
musik tradisional khas , yang berasal dari daerah Minangkabau , Sumatera Barat.
Saluang adalah alat musik yang ditiup untuk memainkannya dan terbuat dari
bambu. Hampir mirip dengan seluring. Orang
Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal
dari talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan hanyut di sungai.
Pada zaman dahulu, konon kabarnya pemain saluang ini memiliki mantera
tersendiri yang berguna untuk menghipnotis penontonnya.
Jika kita lihat dari kehidupan sekarang, remaja –
remaja sekarang ini sudah banyak yang menentang perintah orang tuanya. Mereka
akan menyembunyikan hubungan mereka dari orang tua mereka. Kadang kerahasiaan
ini menimbulkan perpecahan di kedua belah pihak. Remaja sekarang ini pun tak
takut berucap kata kasar kepada orang tua mereka jika kepenuhan mereka tidak
dipenuhi. Sungguh sikap yang tak mulia bukan?
Oke, balik lagi ke film pendek Saluang. Film
pendek ini tentu saja bertemakan cinta dilihat dari jalan ceritanya. Sebenarnya
apasih cinta itu ? Cinta adalah rasa sangat suka (kepada)
atau (rasa) sayang (kepada), Ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik
hatinya sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau
menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan,
sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena itu cinta kasih dapat
diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai menaruh
belas kasihan.
Rasa kasih sayang dan rasa cinta kerap membuat kita buta akan
keadaan. Cinta membuat orang bahagia sekaligus terluka. Jadi jika anda tidak
mau terluka akan cinta satu satunya jalan yaa jangan jatuh cinta. Namun sebagai
manusia kita pasti ada rasa ingin disayang dan dicintai bukan? Cinta itu harus
selalu siap akan cobaan, cobaan itulah yang akan menentukan seberapa kuatkah
cinta kita kepada orang yang kita cintai tersebut.
Di film ini pengorbanan cinta sang pemuda ditunjukkan dengan
alunan tiupan saluang. Walaupun ia memilih merelakan cintanya ia tetap berkarya
berbanding terbalik dengan remaja masa sekarang yang jika ditinggal pujaan
hatinya memilih untuk bunuh diri ataupun melakukan hal- hal yang buruk yang
sejujurnya merugikan diri sendiri dan orang tercinta. Ya mungkin karena remaja
masih labil tapi, zaman sekarang kan sudah zaman yang berpendidikan seharusnya
kita tahu yang mana yang baik dan buruknya. Jangan galau terus – terusan sampai
tak mau makan, update dan umbar – umbar
kesedihan kita di medsos dan terlebih lagi jangan membuat khawatir orang tua.
Kita semua pasti pernah merasakan kehilangan, sedih, sakit,
perasaan tersebut kadang bercampur menjadi satu dan membuat kita ingin rasanya
menutup diri , malas melakukan sesuatu, hati tak tenang dan sebagainya. Itu hal
yang lumrah bagi manusia. Namun, kita harus bisa melaluinya karena itu yang
akan membuat kita tahu seberapa kuatkah , seberapa tegarkah kita menghadapi
cobaan? Bukan hanya malas yang sebaiknya kita pelihara tapi pikiran – pikiran
negatif yang menggerogoti hati kita ini, Bangkitlah ! capai kesuksesan dari
cobaan tersebut. Kita boleh gagal atau pun sedih tapi jangan berlarut – larut.
Seperti Pemuda peniup saluang walaupun hatinya sakit meninggalkan sang kekasih
ia bisa menghasilkan suatu karya. Sebuah alunan pesan terakhir untuk sang
pujaan hati.



Komentar
Posting Komentar