Luka yang Tak Tampak
(
Manusia dan Penderitaan )
Masih
membicarakan tentang kekerasan dalam Pacaran ( KDP ), Bertahan dan mengakhiri
hubungan sama- sama susah dilakukan jika hubungan yang dijalani termasuk abusive relationship. Tentunya ada ketakutan sendiri akan ancaman yang mungkin
dilakukan pasangan jika mengakhiri hubungan dan ketakutan akan penyiksaan dan
penderitaan yang dialami jika memutuskan untuk bertahan.
Korban
Kekerasan dalam pacaran umumnya masih mempunyai pikiran dan harapan bahwa
pasangannya itu akan berubah, tapi tentu saja kita semua tahu apa yang dipikirkan
belum tentu selaras dengan apa yang dirasakan. Hati tak akan bohong. Perasaan saat
disakiti atau disiksa akan terus menerus semakin besar apalagi kalau hanya
disimpan sendiri, lama – lama perasaan tersebut tak akan terbendung dan yang
akhirnya akan menyiksa diri sendiri. Banyak korban KDP menderita baik fisik dan
emosionalnya. Penderitaan berasal dari kata derita yang berarti menanggung atau
merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Intensitas penderitaan korban KDP
akan semakin meningkat terhadap umur hubungannya. Semakin lama suatu hubungan tersebut
dampak yang ditimbulkan bagi korban KDP pun juga akan semakin buruk.
Kekerasan
yang biasanya ditemui di korban KDP adalah kekerasan fisik, banyak yang tak
menyadari bahwa dalam sutu hubungan ada namanya kekerasan psikis, nah ini yang
harus dipahami kekerasan psikis juga bisa berlanjut dengan kekerasan fisik.
Dampak
yang paling mudah terlihat oleh mata kita adalah dampak fisik berupa memar,
luka ringan hingga yang paling parah adlah kematian. Sedangkan dampak
psikologisnya bermacam – macam, mulai dari turunnya keperayaan diri kita,
gangguan dalam emosi, depresi, hingga mengalami reaksi pascatrauma.
Kadang
penderitaan tak cukup disitu saja korban yang mengalami kekerasan seksual
hingga dirinya hamil akan mengalami beban berlipat ganda, dikeluarkan dari
sekolah , stigma sosial bahkan dikucilkan keluarga. Perasaan tertekan mengahantui
diri setiap saatnya.
Korban
yang menerima siksaan fisik, mempunyai bukti jelas untuk melaporkan perbuatan
pasangannya, tetapi korban yang menerima kekerasan psikis tidak mempunyai bukti jelas,
perasaan terkekang hanya bisa dirasakan sendiri. Beberapa korban bahkan
berharap bahwa pasannganya itu selingkuh atau memukulnya saja karena ia tidak
bisa menemukan alasan untuk putus. Jika pun putus si pasangan akan memohon
untuk kembali dan berjanji akan merubah sikapnya.
Korban KDP baik fisik maupun psikis membutuhkan waktu untuk terbuka kepada seseorang, untuk menceritakan
masalahnya. Banyak dari mereka yang mengambil resiko karena mengira itulah yang
dilakukan pasangan. Mereka bertahan dan saat keaadaan susah atau buruk mereka berusaha
melaluinya bersama.
Tentu
saja perlu waktu untuk sembuh dan melanjutkan hidup, yang harus kita lakukan
adalah memberikan dukungan 100 persen kepada korban. Selalu siap sedia
disisinya jika ia membutuhkan kita. Pelan – pelan mereka pun akan mampu
melanjutkan hidup walaupun belum maksimal, tapi itu suatu permulaan.
Daftar
Pustaka :
Komentar
Posting Komentar